Tuesday, July 21, 2015

Tur Literasi Itu....

Sejak 1990, saya sudah senang melakukan tur literasi di Banten, yang saat itu walaupun jaraknya hanya 1,5 jam dari Jakarta, ternyata tidak menjamin wilayah itu maju. Mitos jawara dan santet sangat meneror saat itu. Saya mengadopsinya dari cara-cara kerja literasi Arswendo Atmowiloto dengan pasukan Majalah HAI-nya. Di tahun 1990, bersama Toto St Radik​ dan (alm) Rys Revolta, Andi S Trisnahadi​, Maulana Wahid Fauzi​, Taufik Rahman​ mengetuki pintu-pintu sekolah di Banten, seperti sales menawarkan produk "jurnalistik dan sastra". Kami menawarkan kepada para kepala sekolah, "Apakah murid-murid di sekolah Bapak ingin belajar tentang jurnalistik dan menulis novel? Dan gratis." Ini kami lakukan, karena ingin menyodorkan gagasan baru, cara berpikir baru, yaitu "saatnya otak, bukan otot". Saya mengongkosi kegiatan tur literasi ini dari royalti novel-novel yang saya tulis.

Kerja literasi bagi kami tidak akan pernah selesai. Itu sebabnya Allah menurunkan ayat pertama "Al-Alaq" tentang literasi; membaca dan menulis. Itu karena manusia pada dasarnya malas membaca dan menulis. Ini adalah kegiatan yang sangat menyenangkan dan membuat tubuh menjadi segar.

Saya jadi mengingat kembali kerja-kerja literasi lainnya ketika jadi Presiden Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) sepanjang 2010 - 2015; tur literasi di bumi Sumatra (April - Juni 2013), tur Borneo (Oktober-November 2013), , tur de Jabar (November 2012),  tur Literasi Asia (2012), tur de Java (2011), tur de Banten (September 2011), tur literasi Jalan Raya Pos Daendels (Okt-Desember 2014).

Tur literasi bukan sekadar jalan-jalan, tapi juga menyulut "gempa literasi" secara marathon di tiap kota yang dilalui. Kadang bisa dua hingga tiga titik; di TBM, di kampus, dan di komunitas. Di dalamnya ada pelatihan menulis, petunjukkan seni (pembacaan dan musikalisasi puisi), hibah sembako buku, bedah buku, serta diskusi gerakan literasi (taman bacaan masyarakat) di Indonesia. Jika mengingat tur literasi Anyer - Panarukan hampir 3 bulan (Oktober - Desember 2014), di hampir 40 kota di Jawa, rasanya mustahil jika tanpa tangan Tuhan yang membantu saya.

Kerja-kerka literasi dengan spirit kerelawanan kini bergairah pasca reformasi. Saya beserta istri - Tias Tatanka​, Toto, Abdul Malik, Firman Venayaksa, Qizink La Aziva​,  Ade Jaya Suryani​, Ahmad Wayang​ beserta para relawan menggelorakannya dari Rumah Dunia​ di Komplek Hegar Alam No. 40, Kampung Ciloang, Serang - Banten. Kami mendeklarasikannya sebagai "bentuk perlawanan kepada penguasa Banten yang korup". Senjata kami adalah pena. Kredo Toto sangat populer, "simpan golokmu, asah penamu". Di dunia literasi Indonesia, Rumah Dunia menjadi semacam episentrum "gempa literasi".

Ini sangat menggembirakan. Semua orang kini bersemangat dengan satu visi "buku adalah jendela ilmu dan pena adalah pengikatnya". Masyarakat pun menyambut baik. Pemerintah pusat pun memfasilitasinya. Hanya saja, para pegiat literasi harus kerja keras dan teguh, bahwa pada akhirnya harus menuliskan semua gagasan perubahan itu dalam sebuah buku. Bukankah "menulis itu membaca dua kali"?

Kini, doakan saya dengan kegiatan tur literasi Indochina, pada September 2015 nanti. Saya akan mampir di Johor, Kuala Lumpur, Phnom Phen, Hanoi, Hongkong, Beijing dan Taipe lewat darat. Di beberapa kota, bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena dan komunitas literasi yang digagas para TKI, akan menyulut "gempa literasi"; itu gempa yang memberantas kebodohan dengan bersenjatakan pena. Kemudian, insya Allah, saya mendapat hadiah dari negara, tur literasi ke Frankfurt Book Fair, Oktober 2015 nanti. Ini akan jadi perjalanan literasi yang sangat menyenangkan, bertemu dengan para penulis hebat di Indonesia di Eropa. Ada Ahmad Tohari, Taufiq Ismail, NH Dini, Leila S. Chudori dan Seno Gumira Ajidarma yang tulisan-tulisannya kukagumi sejak usia muda.

Saya rasa, hidup setelah usia 50 tahun semakin indah. Setelah novel "Balada Si Roy" dicetak lagi oleh Gramedia jadi edisi lux dalam bentuk box set dan buku puisi "Air Mata Kopi" (Gramedia) saya masuk 10 besar "Hari Puisi Indonesia 2014", nikmat mana lagikah yang mesti kudustakan? Thanks para aktivis literasi atas dukungannya pada kerja-kerja literasi, yang saya lakukan selama ini. Tetap semangat menjadi Indonesia. (Gol A Gong)

No comments:

Post a Comment