Wednesday, September 16, 2015

Belajar Menulis dan Hidup di Rumah Dunia


Hari Rabu (16/9/2015) bagi  Emma Nekmah Latuconsina adalah hari ke-30 berada di Rumah Dunia. Dia dari Maluku dan domisili di Yogya. Dia lulusan UIN Yogya. Tiga puluh hari yang lalu, Emma datang ke Rumah Dunia, ingin belajar menulis. Saya lupa, dia tahu dari mana tentang Rumah Dunia. Yang saya ingat, dia datang diantar temannya saat ada Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) angkatan ke-26, Minggu 17 Agustus 2015, dintar temannya. Awalnya dia menduga KMRD itu kelas formal, belajar tiap hari di dalam kelas dengan guru-guru formal. Saya jadi teringat Syarifah Wanja Almunawar, pada 2004 datang dari Palembang diantar keluarganya; Wanja cuti 1 semester dari UNSRI agar bisa belajar menulis di Rumah Dunia. Kini Wanja sudha mahir menulis cerpen dan skenario dan mengelola komunitas literasi bersama suaminya di Samarinda dan menyabet prestasi nasional di dunia menulis.




Tentu kami tidak tega mematahkan semangat belajar Emma. Bagi kami, bukan cuma Emma dan Wanja, tapi banyak juga yang datang diantar keluarganya, dititipkan kepada kami untuk tidak sekadar belajar menulis, tapi juga belajar hidup.

Ada yang berhasil dan sukses seperti Abdul Salam, Wanja dan banyak lagi, tapi ada juga yang pergi tanpa pamit, karena merasa tidak puas dan kecewa. Barangkali itu karena kami juga manusia, tidak sempurna. Kami tentu tidak bisa memuaskan dan mewujudkan keinginan semua orang. Sering orang tidak mau tahu, bahwa spirit keberlangsungan Rumah Dunia adalah dari infaq sodaqoh kami, kamu, kemudian jadi kita semua secara bersama-sama. Kalau hanya pada posisi meminta saja, tanpa memberi, memang kemudian akan kecewa dengan Rumah Dunia.

Emma mengaku, ternyata 30 hari di Rumah Dunia adalah 30 hari belajar menulis dan hidup. Dia jadi mengerti, kenapa sebelum menulis novel harus belajar jurnalistik dan berorganisasi. Untuk jadi penulis harus bersikap kritis. Jurnalistik memancing kita berpikir kritis.

Kemudian berorganisasi adalah satu metode saling menghargai. Jika kita belajar menghargai, maka itu akan menghantarkan kita pada cara pandang baru; bahwa hidup itu tidak bisa sendirian. Kita bisa sukses, karena support dari lingkungan juga.

Pertemuan pagi ini, saya memberi Emma dorongan agar menulis berita, feature, dan essay. Sebelum saya ke Taiwan 22 September nanti, saya ingin melihat perkembangan teknik menulis Emma. Kini Emma akan menghabiskan 60 hari ke depan di Rumah Dunia.(GG)

No comments:

Post a Comment