Wednesday, April 29, 2015

Belajar Tidak Selalu ke China, Tapi ke Singapura Juga Boleh

Setiap pergi ke Singapore, selalu berpikir untuk tidak pulang kembali. Tapi ketika tiba saatnya pulang, selalu ingin kembali ke Singapore. Kota yang buat saya sangat islami. Kota yang selalu istimewa melekat di hati. Di kota Singapura, pengendara mobil selalu mendahulukan pejalan kaki, burung-burung bebas terbang menyanyi, trotoar bersih taman nyaman berseri, orang cacat dimaklumi dan difasilitasi di ruang publik, toleransi beragama cukup tinggi, publik service luar biasa, disiplin menyebar ke mana-mana. Saya pikir, negara Singapore bisa kita jadikan tempat belajar jika ingin maju. Sekarang belajar tidak selalu harus ke China, tapi ke Singapura juga boleh. Seperti pada 17 - 19 Maret 2015, sekitar 23 mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) megnikuti program "Gong Traveling : Xplore Singarpore".


Berbicara Singapore tidak perlu bicara politik. Tapi dampak dari politik dalam negerinya sungguh baik dan bermanfaat. Warganya hidup sejahtera. Para pelancong seperti saya merasa aman dan nyaman. Menurut www.kompas.com edisi Kamis 21 Agustus 2014, "Turis dari Indonesia kembali jadi nomor satu, dengan total kunjungan 3.089.000. Angka ini naik 9 persen dibanding tahun 2012," ungkap Mohamed Firhan dari Singapore Tourism Board di Jakarta, Rabu (20/8/2014). Secara keseluruhan, total kunjungan wisatawan asing ke Singapura mencapai 15,6 juta dan pengeluaran wisatawan mencapai 23,5 miliar dollar Singapura. Tahun 2014, pihak otoritas pariwisata Singapura menargetkan jumlah kunjungan wisatawan asing mencapai 16,3 juta sampai 16,8 juta orang.

Padahal Singapore tidak memiliki sumber daya alam melimpah. Tapi, lihat areal Marina Bay Sands. Semua turis mancanegara pasti akan berkata "Wow". Banyak sekali spot untuk berfoto dn tanpa sadar kita sudah jadi public relation Singapore ketika mengunggahnya di facebook atau instagram.

Para mahasiswa UTS yang tinggal di Nusa Tenggara Barat merasa termotivasi ketika selama 3 hari berada di Singapura. Mereka berkunjung ke Nanyang Technoloy University dan Club Heal. "Saya akan coba terapkan di lingkungan rumah dulu untuk persoalan kebersihannya," kata Surya, yang sangat terkesan dengan kebersihan Singapore. Surya dan teman-temannya akan menulis buku berjudul "Xplore Singapore".

Ketika saya berada di areal Marina Bay Sand, di dalam hati saya berbisik "Secara kasat mata, warga Singapore yang terdiri dari China, Melayu (Indonesia), dan India sangat beruntung. Kapan kota kita atau negara Indonesia terbebas dari sampah dan korupsi saja...." (GG/Foto HTC)

No comments:

Post a Comment