Wednesday, April 29, 2015

Keliling Indonesia Selama 2 Tahun


Ketika kecil, saya membaca sebuah buku yang hebat: Arround the Worl in 80 Days atau Keliling Dunia Selama 80 Hari karya Jules Verne. Buku itu membuat saya “sakit”. Hari demi hari, saya bermimpi menjadi Philleas Fogg (tokoh utama di buku itu). Saya ingin sekali keliling dunia seperti Fogg, selama 80 hari! Saya pernah menonton beberapa film berdasarkan novel itu. Pierce Brosnan (si James Bond) dan Jacky Chan (memerankan karakter Passepartout) juga memerankan tokoh legendaries itu. 

Akibatnya, untuk menyalurkan mimpi keliling dunia, setiap akhir pekan saya mengayuh sepeda ke luar kota. Saya menuju Banten Lama (10 km utara Serang, di teluk Banten) untuk melihat Kesultanan Banten. Saya berdiri di antara reruntuhan kerantonnya; saya menyaksikan istana Surosowan yang dulu dibom Jendral Herman Daendless (VOC). Saya juga melihat benteng Spellwijk dan kelenteng Budha, termasuk yang tertua di Jawa. Di  Banten Lama sudah sejak dulu beragam agama hidup berdampingan; Islam, Kristen, Budha. Sultan Banten sudah memiliki pandangan jauh ke depan, bahwa kita harus hidup toleran terhadap orang lain jika ingin beradab. Saya juga pergi ke Anyer, Selat Sunda (40 km barat Serang). Saya berkhayal jadi Pilleas Fogg, Old Shaterhand atau Christopher Collumbus, yang menemukan benua baru; Amerika. Ya, seperti John Lennon nyanyikan, ”Saya adalah si tukang mimpi. Tapi saya bukanlah seorang. Saya berharap, suatu saat nanti khayalan saya itu terwujud. Saya meyakini itu jika terus berusaha dan berdoa.”

Terbukti ketika saya remaja, tahun 1980 - 82. Waktu itu umur saya antara 16 – 18 tahun. Saya berhasil mengelilingi bumi Indonesia. Perjalanan itu bagi saya seperti sedang menjadi Philleas Fogg. Saat itu saya memiliki versi sendiri: Mengelilingi Indonesia dalam waktu 2 tahun! Ya, dua tahun! Saya melakukannya dengan kereta, truk, sesekali berjalan; berliften atau hitchike! Saya melihat banyak hal di negeri ini. Kota demi kota di Jawa saya susuri dengan truk. Menyeberang ke Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur; bertemu dengan Fretelin di hutan. Menyeberang ke Sulawesi dengan kapal kayu, terus ke Ambon, menyusuri pulau Seram selama sebulan, menyeberang ke Fak Fak dengan kapal kayu.

Menyenangkan bertualang seperti itu. Kalimantan juga saya singgahi.  Saya ingat pesan Bapak, “Jika kamu ingin keliling Dunia, kenali dulu Nusantara!” Begitu juga yang saya baca dari W. Somerset Maugham. “Jika ingin jadi penuis, pergilah dari rumah ke negeri seberang. Lalu tuliskanlah pengalaman yang kamu dapat.” 

Semua yang saya alami; saya lihat, saya dengar, dan saya rasakan, saya tulis di buku harian. Berkarung-karung buku harian diletakkan di kamar saya.  Kemudian pengalaman keliling Indonesia selama 2 tahun itu jadi travel novel yang berjudul “Balada Si Roy”. Insya Allah, tahun 2015 versi layar lebarnya akan diproduksi. Do’akan, semoga kutukan itu berakhir di tahun ini. (GG)


Foto 1 : di Pegunungan Jayawijaya, Irian, 1987
Foto 2 : bersama suku Nowaulu, di Pulau Seram,  1987

No comments:

Post a Comment