Thursday, April 23, 2015

Piknik ke Kampung Ciwaru di Kota Serang


Ciwaru

“Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira…!” Pasti kamu pernah mendengar penggalan lirik lagu, yang dipopularkan oleh penyanyi cilik, Tasya. Lagu itu memberi pesan tentang liburan sekolah. Hari libur yang lumayan panjang, yakni sepuluh hari membuat kita ingin berlama-lama. Mau piknik ke mana kita? Piknik yang murah-meriah ada? Tentu ada. Pikniknya jangan ke mana-mana. Kita jelajahi saja kampung-kampung di kota kita. Setuju, ya.  Apalagi di Banten banyak sekali objek wisata laut seperti di Anyer dan Carita, wisata sejarah di Banten Lama dan gunung Santri.  Tapi kalau kamu ingin merasakan tantangan baru, cobalah wisata kampung. Wisata ini murah meriah, tidak membuat kantong jebol! Kamu bisa menggunakan sepeda atau jalan kaki.


RIWAYAT
Ayo, para pikniker di mana saja berada. Kali ini kita ke Banten, ya. Tepatnya di kota Serang, yang terkenal dengan budaya jawaranya. Kalian sudah pernah berkunjung ke Ciwaru? Bagi yang tinggal di kota Serang jaraknya lumayan dekat. Kamu bisa menyusuri jalan Pusri di pertigaan mneuju pintu tol Serang Timur - hypermart - jalan kereta. Kemang arah ke Rumah Dunia. Setiba di perempatan Kampung Ciloang, ambil arah ke kiri. Tapi awas! Hati-hati, jalanya berbatu-batu, masih berupa pengerasan, belum diaspal. Sekitar 500 meteran, kamu akan menumukan kampung Ciwaru.

Menurut Ketua Rukun Tetangga 01/06, Mad Salim (51), dahulu kampung ini banyak ditumbuhi pohon waru. Selain itu untuk menambah sejarah kamu, di kampung yang termasuk keluarahan Banjar Agung, ini dahulu pernah dibom oleh pasukan Belanda. Hal itu ditandai dengan pengakuan Mad Salim terkait keberadaan dua tokoh perjuangan seperti Almarhum lurah Usuludin dan lurah Wawih. “Menurut cerita haji Markawi yang sudah berumur 73 tahun, kampung Ciwaru pernah dibom oleh Belanda,” kata Mad Salim.

Setelah itu warga kampung Ciwaru terpecah dua kelompok; ada kampung Tegal Ipik dan Ciwaru. Perbatasan kedua warga tersebut adalah saluran air yang mengaliri  kolam masjid. Pemicunya adalah keberadaan dua Masjid di Ciwaru dan Tegal Ipik. “Dahulu di dua kampung ini ada dua Masjid,” tutur H. Markawi sesepuh kampung Ciwaru. Karena jumlah penduduknya sedikit dan tidak sesuai hukum agama lanjut Markawi, “Atas musyawarah bersama akhirnya dua masjid tersebut dibongkar.” Namun karena ada gendang penca silat warga kembali bersatu dengan mengusung nama kampung Ciwaru.
Selain itu, masih menurut Mad Salim, kampung ini dijuluki “kampung pengrajin”. Pasalnya di kampung ini banyak pembuat tempe dan ketupat. “Saya usaha tempe sejak tahun 70-an,” akunya.


Ciwaru mesjid comMODERN
Seiring waktu, pertumbuhan penduduk warga Ciwaru terus bertambah. “Karena banyak, kami bagi dua rukun tetangga,” ujar Mad Salim yang pedagang tempe. Untuk RT 01/06 tambahnya, berjumlah 120 KK, sedangkan RT 02/06 berjumlah 125 KK.
Selama pantauan penulis, perkembangan di kampung pengrajin tempe ini sudah modern. Itu ditandai dengan sebagian kecil warga yang memiliki kendaraan mobil dan motor. Selain itu hampir seluruh warga memiliki alat elektronik semisal televisi, radio, tape, magic jar, dan kulkas. Kendati demikian rumah-rumah arsitektur tua juga masih berdiri kokoh.

Selain meningkatnya jumlah penduduk, faktor Sumber daya manusia di kampung pengrajin ketupat ini sudah ada yang mengikuti program belajar pemerintah sembilan tahun. “Pendidikan warga sudah ada yang SMP sampai SMA,” ujar lelaki berkumis ini. Namun, tak sedikit juga yang putus sekolah. “Kemungkinan besar karena faktor biaya dan ekonomi kelas bawah,” urai Asnawi (32) minantu Mad Salim.

Hal ini pun mempengaruhi dengan mata pencaharian warga, yang  kebanyakan pedagang seperti penjual tempe, ketupat dan sayuran. Namun ada juga sebagai petani garapan, kuli pabrik di Serang dan Jakarta.

Sebetulnya sejak tahun 2008 sudah ada Madrasah dan TK Paud. Dibangunnya kedua tempat belajar tersebut, agar anak-anak terus bisa belajar. Dan untuk pembiayaannya hanya dikenakan bayaran bulan Rp 5000,00. Tapi kini TK tak lagi menggelar kegiatan belajar lagi. “Karena guru-guru yang ngajarnya sudah tidak lagi praktik,” ujar Asnawi.

Pembangunan madrasah dan TK adalah hasil dari swadaya masyarakat. Untuk Ada madrasah yang berdiri sejak tahun 2008, yang dibangun hasil swadaya masyarakat. “H. Muzakir dan lurah Banjar Agung, H. Sohkari juga turut membantu,” pungkas Mad Salim.


Jalan rusakJALAN RUSAK
Sejatinya kampung Ciwaru, Kelurahan Banjar Agung, Kota Serang, ini termasuk kawasan yang strategis. Hanya berjarak seratus meter dari kawasan Kota Serang Baru (KSB), dan Kantor Walikota Serang yang kini sedang dibangun.
Harapan tinggi sudah selayaknya diutarakan warga yang berjumlah 245 KK, ini kepada Pemerintah Kota Serang. Seperti dikatakan Mad Salim, rukun warga 01/06 ini meminta kepada Pemerintah setempat agar memajukn kampung Ciwaru. Terutama jalannya yang rusaknya minta ampun. “Tolong status jalan diperbaiki, sudh bertahun-tahun hanya pengerasan batu saja. Juga tolong dibantu warga-warga yang tak mampu dan banyak anak yang putus sekolah,” terang Mad Salim.

Harapan perubahan pun sama diinginkan Asnawi (32). Suami Sumiati ini menginginkan dibukanya lapangan kerja, apalagi jarak kantor walikota sedang dibangun dan Banten TV sangat dekat. “Utamakan warga yang dekat, yaitu Ciwaru. Jangan yang dari luar,” harapnya.

Nah, asik sekali piknik di kota kita, menjelajah kampung. Dengan cara begini, kita aka semakin mencintai kampung halaman kita. Intinya, tidak punya uang, bukan halangan untuk tidak melakukan piknik. Traveling itu bisa ke mana saja... (GG/Laporan Harir Baldan)

No comments:

Post a Comment