Friday, August 21, 2015

Dari Relawan ke Donatur


Saya dan istri - Tias Tatanka merasa senang ketika kondisi relawan Rumah Dunia mengalami perkembangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Relawan Rumah Dunia adalah para mahasiswa yang tinggal di mess Rumah Dunia. Para relawan ini tidak hanya menjalankan roda organisasi, tapi sejatinya mereka adalah donatur. Kami membaginya dalam 2 kategori.





Pertama, relawan yang menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk menjalankan roda organisasi Rumah Dunia. Ini adalah fase pertama. Mereka tinggal di Rumah Dunia. Mereka belajar membaca dan menulis, kuliah, belajar berorgaisasi, merancang kegiatan, mengirimkan surat undangan ke komunitas dan instansi, dan membersihkan lingkungan Rumah Dunia.Kemudian mereka meningkatkan kualitasnya dengan jadi donatur. Mereka masih ditahap pertama, tapi dalam prosesnya mereka sudah menghasilkan uang dari honorarium menulis atau hadiah lomba. Itu sudah dimulai dari sejak generasi pertama yang tinggal di mess Rumah Dunia; Muhzen Den, Ade Jaya Suryani, Piter Tamba dkk. Disusul generasi berikutnya; Aji Setiakarya, Rizal Fauzi, Langlang Randhawa , Alun Seruling Senja, Harir Baldan, Gading Tirta, Rg Kedung Kaban, Relung Semesta, Roy Goozly, Anas Al Lubab...

Paling menarik adalah relawan yang sekarang menetap di mess Rumah Dunia. Ahmad Wayang dan Hilman Sutedja sudah jadi sarjana dan bekerja di koran lokal Banten Raya Post. Mereka kini jadi donatur Rumah Dunia; mereka menyisihkan kewajibannya setiap gajian di akhir bulan.
Kemudian relawan yang masih kuliah; Abdul Salam, Ardian Je, Jack Alawi, Baehaqi Muhammad, Aray Zaenal Abidin, Charlis Ridho. Mereka ini sangat produktif. Kami rasa, mereka adalah panen buah yang pohonnya ditanam dan dirawat oleh generasi Rumah Dunia sebelumnya. Mereka sering terlibat di pembuatan buku, kegiatan titipan dari instansi atau perusahaan tertentu, honor tulisan, hadiah lomba menulis, juri lomba dan jadi nara sumber.

setelah minggu lalu Ahmad Wayang menyumbang Rp. 500 ribu dari honor juri lomba, tadi malam Ardian Je menyumbang Rp. 360 ribu dan Anas Al Lubab menyumbang Rp. 240 ribu. Sekarang sudah antri Charlis Ridho, yang baru saja meraih juara kedua lomba penulisan essay tentang "Perpustakaan Idaman" yang diselenggarakan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Serang, Rabu 20/8/2015 lalu.

Paling membahagiakan adalah ketika adik kecil kami - Siti Nurfazriah (Iyah), yang kini kuliah di IAIN SMH Banten mmebutuhkan biaya sekitar Rp. 1,6 juta. Mereka menggalang dana. Kami semua relawan iuran . Program beasiswa ini bejalan sekejap dan lancar. Alhamdulillah, Iyah kini bisa kuliah berkat spirit berbagi.
***

Dan kunci suksesnya ada pada para relawan jenis kedua, yang mendukung penuh relawan jenis pertama yang menetap di mess Rumah Dunia. Mereka relawan yang sudah mapan, selain berpenghasilan tetap, juga berkeluarga; mulai dari Toto St Radik, Andi S Trisnahadi, Maulana Wahid Fauzi, DAs Albantani, Qizink La Aziva, Firman Venayaksa, Akang Bagja Wahyu Arya, (alm) Prof. Yoyo Mulyana, (alm) Wan Anwar, (alm) Nandang Aradea, Noval Y. Ramsis, Nazla KeiZa, Budi Wahyu Iskandar, Abdul Malik dan Dian Faradisa, Ahmad Mukhlis Yusuf, Hilal Ahmad, Irvan Hq, Koelit Ketjil, Bund Wesser, Indri Juwono, Boyke Pribadi, Fuad Hasyim dan berderet-deret lagi nama-nama yang tidak bisa kami sebutkan, yang tersebar di dunia ini.... Mereka dengan tulus-ikhlas mendukung para relawan Rumah Dunia untuk menggerakkan budaya membaca. Mereka kami sebut relawan "VIP".

Hal ini kami rasa, terjadi juga di komunitas lain. Hanya di Banten - belum dimaksimalkan. Selain iklim politik yang masih beradaptasi denan kondisi sosio-kultural di Banten, anak-anak mudanya sedang menyelesaikan kuliah. Kami yakin - Insya Allah, kelak, mereka akan tumbuh dan mewarnai perbaikan di Banten lewat gerbong literasi (pendidikan).

Semoga spirit berbagi, gotong royong, seia-sekata terus bisa para relawan dan kita semua pertahankan. Mari kita saling mendoakan untuk treus bersama-sama mendukung gerakan literasi dari Banten untuk Indonesia. (*)

No comments:

Post a Comment