1.
TAIPEI
Kau jadikan jalanan tempat bermain,
masa kanakmu yang hilang. Tak ada pigura ayah di langit itu. Kau kehilangan
arah matahari. Kutunjukkan fajar adalah masa depan, senja untuk mengenang
kenangan. Kau menunggu purnama di kemilau iklan Mandarin.
Semua sudah dihidangkan di meja
marmer itu. Kue bulan pelangi. Kau memintaku memakan senyummu. Aku bungkus
dengan tawaku. Kita gagal memanah cakrawala. Terlalu jauh jaraknya. Sudahlah,
kita rayakan saja hidup ini bersama barongsay.
*) Taipei September 2015
2.
KEELUNG
Cahaya matahari terhalang gedung
itu, ketika kulihat senyummu memudar. Kau tak pernah memercayai cinta, sebab
telaga itu telah kering. Kita berdiri di puncaknya, kau menunjuk ke cakrawala.
"Tak ada pelangi di dermaga itu!" Kita sudah menyantapnya saat makan
siang.
Gerimis itu membasahi rambutmu.
Angin topan mengeringkannya. Kau bersembunyi di dalam mimpi huruf Mandarin, aku
tenggelam ke dalam laut Formosa. Kita tak pernah bertemu lagi di persimpangan
jalan itu.
*) Taipei, September 2015
3.
SHILIN
Kita menyeberangi pelangi saat itu.
Kugandeng tanganmu, kau terhempas ke dalam jelaga. "Oh, kehidupan ternyata
bisa kau tawar?” tanyamu terbawa arus hingga ke klenteng. "Aku pilih warna
hijau, karena itu bumi," kau tegaskan hidupmu sendiri. Kita bermandikan
lampu pasar malam. Aku mengetuk palu.
Kita sama-sama membuat batas itu,
ketika bergandengan tangan. Kau titi satu-satu nafasmu hingga kutuliskan sajak
ini untukmu. "Oh, cinta itu serasa bisa ular," kau hapus sajakku
hingga ke batas kota. "Kita tidak pernah melewati jalan itu," kau
membuat jejak baru. Aku membawamu ke dalam mimpi.
*) Taipei, September 2015
4.
RAINBOW BRIDGE
sore itu aku berlari mengejarmu
cintaku yang hilang
beribu tahun lampau
hingga di tikungan klenteng itu
kau masih saja tersenyum
kepada siapa pun yang bergegas
Rainbow Bridge mengapung di sungai
kita belarian di pedestriannya
menghitung warna lampu
cinta kita yang tak sampai
aku masih sendiri di sini
menantimu di dinginnya Desember
*) Taipei, September 2015
5.
CINTA
Ketika cinta itu datang, hanya dua
hal yang akan kamu dapatkan; bahagia dan derita. Ketika tahu kamu akan
menderita karena cinta, maka kamu akan berusaha menolaknya, tapi itu akan
sia-sia karena kamu akan terseret oleh cinta. Jadi, ketika cinta itu datang,
nikmatilah, berbahagialah dengan cinta.
*) Taipe, September 2015
6.
AKU MENCINTAI GUNUNG KARANG
Aku mencintai gunung karang. Setiap
hari kupandangi dan ingin kutanami pohon-pohon. Agar hijau kembali. Aku
mencintai gunung karang. Walau pun gersang, kau penjaga bumi. Deritamu ketika
tersengat matahari, dengan kesabaran kau tunggu hujan turun. Aku mencintai
gunung karang, berharap purnama menjadi kekasihmu. Aku mencintai gunung karang,
sebab kutahu aku adalah bumi.
*) Taipe, September 2015
7.
BINTANG-BINTANG
Kau berlari mengejar mimpi. Rambutmu
yang panjang tergerai ditiup angin utara. Kau memandang ke lautan. Kau tahu
cintamu menunggu di Formosa. Kau gantungkan cita-citamu setinggi langit, karena
kalau pun jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang.
*) Taipe, September 2015
8.
RINDU
Duduk bermandikan matahari
bersamamu, menerjemahkan diam yang tak pernah kumiliki. Jika pun pernah ada,
kau menyembunyikannya dari gelisah burung di pagi hari. Aku tahu setiap gerak
gemulai pohon, pertanda kau hadir membawakan rindu. Itu tidak pernah usang,
selembar senyummu terbang dibawa daun, melayang jatuh ke pelukanku. Luka
bernanah, kau biarkan itu tertutup oleh cintamu. Setetes hingga kupeluk
keabadianmu, berpendar menyatu dalam cahaya. Aku titip rindu ini.
*)Taipei – Serang September 2015
No comments:
Post a Comment