Thursday, April 23, 2015

Kuliner Nasi Megono di Pekalongan

Beribu pagi di kepalaku
Masihkah Engkau bersembunyi di kota lain
yang belum kusinggahi
sementara nafasku sudah di genggaman-Mu


Hotel Princess, Palembang, 16 Juli 2012

***

Setiap traveling ke sebuah kota atau negara, saya sangat menyukai pagi. Sebagai travel writer, saya selalu memaksakan diri untuk bisa menikmati pagi. Termasuk di Pekalongan. Waktu itu, saya dan Abdul Salam HS – relawan Rumah Dunia, datang di Pekalongan pukul 05:30, Minggu 1 Juli 2012. Kami naik bus dari Bekasi. Jalanan macet karena musim liburan. Kami dijamu oleh panitia – Forum Lingkar Pena Pekalongan -  sarapan di alun-alun kota, yaitu nasi Megono. Ini memang piknik kuliner murah meriah.




Saya duduk lesehan. Saya lihat nasi bungkus, mirip nasi hik atau sego kucing di Solo dan Yogyakarta. Ketika saya buka, isinya nasi putih plus serpihan nangka yang dicampur kelapa. untuk lauknya, ada tempe mendoan. Hmm, asik. Saya makan 3 nasi bungkus Megono. Luar biasa.

Nasi megono, menu khas daerah Pekalongan, sampai kini masih menjadi makanan favorit. Makanan ini selalu disediakan di setiap warung makan sampai restoran. Dari warung makan Ny Win di Jl Jenderal Sudirman atau Ny Siriyah sebelah utara kantor Taspen, hingga Restoran Puas di Jl Surabaya Kota Pekalongan. Bahkan di warung-warung makan lesehan yang khusus buka malam hari, nasi megono merupakan ”menu wajib” yang tak bisa ditinggalkan.

Nah, nasi Megono ini bisa kita tulis dan dikirimkan ke majalah kuliner. Kita tinggal mewawancsarai konsumen dan pemilik warungnya. Kita coba mengumpulkan data-data, dimanakah warung nasi Megono yang paling enak. Buatlah 10 besar dimana pelancong bisa makan nasi Megono. Saya yakin, pasti akan menarik. Terutama jika kita mau menelusurinya dari sisi sosiologis dan kulturalnya.(*)


No comments:

Post a Comment