Setiap traveling
ke Bangkok, pilihan saya selalu ke Khaosan. Di sekitarnya banyak
hostel, guest house murah-meriah tapi dengan standar backpacker
international. Kalau dirupiahkan sekitar Rp. 100 ribu hingga Rp. 250
ribu. Chakrapong Road dan Rambutrit cukup layak dijadikan refeferensi.
Lokasinya juga dekat ke Grand Palace, Chao Phraya river dan Wat Po,
dimana “sleeping Budha” berada.
Setelah
kami bersepuluh check in di Rainbow Hostel, Chakrapong Road, Rabu 1
April 2015, saya mengajak mereka ke Khaosan Road, yang hanya 50 meter
dari tempat kami menginap. Persis di depan hostel kami. Ini pukul 21:00
waktu Bangkok. Saya menjlaskan apa itu Khaosan, agar mereka tidak kaget.
Inilah kawasan hedonis di Bangkok, yang disukai para
turis. Berupa pedestrian. Jika ditarik garis lurus sekitar 500 meter. Di
kiri kanannya cafe, pub, toko souvenir, wara laba seperti Mac D, Seven
Eleven, pijat refleksi, hotel. Seperti Braga di Bandung, padat. atau atraktif ibarat Malioboro di Yogya.
Kami menyusuri Khaosan, berhimpitan. Jalan selebar 10 meter dipenuhi
pedagang gerobak. Trotoar di kiri-kanan jalan dijejali kursi-kursi untuk
pengunjung. Musik berdentum, hingar-bingar. Hedonis. Segalanya ada. Tri
Sulistini, peserta dari Sampang, Madura geleng-geleng kepala. “Kalau
melihat Khaosan, saya bersyukur. Ternyata anak saya, yang selama ini
saya ragukan ketaatannya, ,asih lebih baik,” kata Tri.
Bagi saya, Khao San ibarat jantung Bangkok. Saya bisa bercermin dari para lady boys, yang sedang berjingkrak-jingkrak mengikuti dentumna house musik. atu saya merenung saat melihat pemuda Bangladesh berjualan roti kebab. Khaosan ternyata banyak membawa rezeki. (*)
No comments:
Post a Comment