Thursday, April 23, 2015

Kuliner Sarapan Nasi Krawu di Suraba

Apa lagi yang bisa ditulis travel writer saat mendatangi sebuah kota? Kuliner juga bisa kita tulis. Cobalah angle kuliner sarapan. Manfaatkan situasi atau suasananya. Pilih saat sarapan, makan siang, atau dinner. Saat di Surabaya, saya mencoba memilih angle kuliner sarapan nasi krawu. Ini unik. Jika kita ke daerah di sekitar stasiun Gubeng, banyak penjual nasi krawu, yang hanya ada di pagi hari. Setelah dari rumah Bung Kano, saya dan Ahmad Wayang – relawan Rumah Dunia, membeli nasi krawu. Ini sarapan murah meriah.



Saya tertarik mewawancari Nurul, penjualnya. “Saya sudah sejak 2007 jualan nasi krawu. Kami dari Bangkalan, Madura. Suami saya bekerja bengkel. Setiap hari saya mengambil 30 bungkus dari orang lain. Saya jual Rp. 5000/bungkus. Dari pemiliknya Rp. 4000,- Setiap hari saya dapat untung Rp. 30.000,- plus bonus 1 bungkus nasi krawu.”

Dari Nurul pula, saya jadi tahu, bahwa nasi krawu itu dari Gresik. Menu nasi krawuk sebetulnya biasa saja; nasi putih, serpihan daging dan irisan tipis singkong yang digoreng. Dibumbui sambal dan dibungkus daun pisang. Menu sarapan ini terjangkau bagi warga yang hendak bekerja di pagi hari dan tidak sempat sarapan.

Dengan melakukan wawancara dan mengumpulkan data lewat riset pustaka (google atau perpustakaan), kita bisa menuliskannya dalam bentuk wisata kuliner. Kita bisa menambahi tulisan pendukung tentang kota Gresik, dimana nasi krawu berasal. Tulisan ini adalah draft pertama untuk menyelamatkan ide yang ada. Nati, jika waktu sudah luang, saya akan menuliskannya dengan serius. Coba saja. (Gong)

No comments:

Post a Comment