Sunday, April 26, 2015

Membangun dan Mengembangkan Karakter Anak Lelaki Dengan Berlibur


Berlibur dengan anak itu penting. Itu cara untuk mendekatkan hubungan ayah dan anak. Saya akan bercerita, bagaimna bapak saya yang hanya seorang guru SPG, mendidik saya - seorang anak kecil yang pada usia 11 tahun harus kehilangan tangan kirinya sebatas sikut. Bapak selalu menghiburku dengan mengajak saya kecil Bapak berlibur. Saat saya di SD (1976), Bapak membeli motor Suzuki bekas dan butut saya kira, Suzuki A 100. Diajaknya saya keliling Banten naik motor bekas itu. Dikenalkannya saya pada dunia baru. Bapak pernah bertanya kepadaku, "Heri, sekarang ini, pada hari yang sama, di jam yang sama, kamu tahu apa yang sedang terjadi di kota yang lain?" Saya menggeleng. Bapak menjawabnya sendiri, "Kamu akan tahu jawabannya jika kamu mendatangi tempat itu."



Maka saya dan istri - Tias Tatanka, setiap ada rezeki berlebih, tentu setelah berbagi dengan Rumah Dunia, komunitas baca yang kami kelola bersama para relawan di Serang - Banten, mengajak anak-anak liburan murah meriah, ke mana saja asal terjangkau. Kadang juga honor di acara pelatihan menulis dimana saya jadi nara sumber untuk modal lioburan bersama anak-anak.  Bagi kami, harus lebih sering bersama anak-anak, karena siapa tahu di antara kami ada yang dipanggil Allah SWT lebih dagulu. Kami selalu menganggap itu adalah perjumpaan terakhir kalinya bersama anak-anak.

Kata Bapak waktu itu, "Sebelum kamu ke luar negeri, kamu hari mendatangi dulu seluruh kota di Indonesia. Baru setelah itu luar negeri!" Kalimat Bapak itu menyengat dan tidak bisa saya delete begitu saja. Itu saya wujudkan. Banten (1980), Jawa Barat (1981), Jawa (1982), Indonesia (1986-88) sudah saya jelajahi. barulah saya keluar negeri.

Maka sebelum mengajak keempat anak kami ke luar negeri, kami pun membawa mereka dulu ke beberapa kota penting di Indonesia. Paling berkesan saat Marvin Sitorus dan hargahotel dot com mengundang kami sekeluarga ke Bali. Marvin memfasilitasi kami. Itu adalah liburan kami sekeluarga yang sangat menyenangkan, karena tidak perlu mengeluarkan biaya. Marvin mengaku sangat menyukai novel yang saya tulis "Balada Si Roy". Membayari kami liburan ke Bali, menurut Marvin, adalah bentuk rasa syukur karena "Balada Si Roy" sudah menyemangati hidupnya.

"Tanpa si Roy entah gue ada dimana. Si Roy menginspirasi gue untuk suka bertualang dan karena gue suka bertualang gue jadi punya ide bikin jasa Trip Organizer dan Alhamdulilah dari jasa itu gue tetap bisa bertualang dan bisa menghidupi anak istri gue. Jadi bukan si Marvin yang memfasilitasi tapi si Roy dan gue ngomentari ini di St. Kilda, Melbourne, Australia. Emang keren ya Balada Si Roy , bisa menginspirasi positif ke gue, walau mungkin dulu ada negatifnya gue malas sekolah tapi rajin di jalan," begitu pengakuan Marvin.

Saya juga pernah mengajak Gabriel dan Jordy saja ke Surabaya, tanpa mengajak istri dan 2 anak perempuan  (Bella dan Azka), karena lebih ingin mengenal karakter kedua lelaki penerus saya. Di perjalanan, saya mencoba menggali potensi mereka.

Saya juga pernah mengajak Gabriel - anak kedua, liburan berdua saja. Ke Malang dan Bandung. Kini Gabriel (15 th) tumbuh jadi anak berani. Di usia kelas 1 SMP (2012), Allah sudah menunjukkan jalan hidupnya. Dia sudah berani sekolah di Abu Dhabi hingga sekarang.

Kini saya sedang mengembangkan karakter anak ketiga, Jordy (11 tn). Saya pernah mengajak Jordy liburan berdua ke Semarang; kami perginya naik pesawat, pulangnya naik kereta. Pada 4 Mei hingga 9 Mei 2015 nanti, saya akan mengajak Jordy traveling ke Singapora dan Malacca. Selain mendekatkan diri saya sebagai ayah kepadanya, saya juga sedang mencari solusi trip liburan murah meriah ala Gong Traveling jalur sutra; Singapore - Malacca - Kuala Lumpur.

Ternyata membangun dan mengembangkan karakter anak lelaki (juga anak perempuan) bisa dengan cara mengajak mereka liburan murah meriah ala backpacker. Saya adalah produk itu, dibentuk dengan liburan murah meriah cara Bapak. Di sepanjang perjalanan, saya mengajak Gabriel dan Jordy berdialog. Memberi kesempatan untuk menggali potensi mereka. Membiarkan mereka bertanya kepada polisi, membeli tiket bus, membayar biaya makan ke kasir, menawar  becak, dan ojek. Saya ingin menjadi ayah yang dekat dan diselalu dikenang oleh mereka setelah tiada. Seperti halnya saya selalu terkenang kepada Bapak, yang meninggal pada 2007. Amien... (*)



1 comment: